Rabu, 24 Maret 2010

Al-Qalasadi, Sang Pencetus Simbol Aljabar

al-qalasadi3Simbol-simbol Aljabar pertama kali dikembangkan oleh matematikus dari Andaluisa, Ibnu Al-Banna pada abad ke-14 dan Al-Qalasadi pada abad ke-15

Jasa al-Qalasadi dalam mengembangkan matematika sungguh sangat tak ternilai. Betapa tidak. Tanpa dedikasi sang matematikus Muslim di abad ke-15 itu, dunia boleh jadi tak mengenal simbol-simbol ilmu hitung. Sejarah mencatat, al-Qalasadi merupakan salah seorang matematikus Muslim yang berjasa memperkenalkan simbol-simbol Aljabar.
”Simbol-simbol Aljabar pertama kali dikembangkan peradaban Islam oleh matematikus dari Andalusia, Ibnu al-Banna pada abad ke-14 dan al-Qalasadi pada abad ke-15,” ujar J Samso-Moya. Al-Qalasadi memperkenalkan simbol-simbol matematika dengan mengunakan karakter dari alfabet Arab.

Ia menggunakan wa yang berarti ”dan” untuk penambahan (+). Untuk pengurangan (-), al-Qalasadi menggunakan illa berarti ”kurang”. Sedangkan untuk perkalian (x), ia menggunakan fi yang berarti ”kali”. Simbol ala yang berarti ”bagi” digunakan untuk pembagian (/). Selain itu, al-Qalasadi juga menggunakan simbol j untuk melambangkan ”akar”. Simbol sh digunakan untuk melambangkan sebuah variable (x). Lalu, ia menggunakan simbol m) untuk melambangkan ”kuadrat” (X2). Huruf k digunakan sebagai simbol ”pangkat tiga” (x3). Sedangkan, melambangkan persamaan (=).

Tanpa jasa al-Qalasadi, boleh jadi masyarakat modern tak akan mengenal simbol Aljabar yang sangat penting itu. Lalu, sebenarnya siapakah al-Qalasadi itu? Matematikus Muslim terkemuka itu bernama lengkap Abu al-Hasan ibnu Ali al-Qala?adi. Ia terlahir pada 1412 di Bastah (sekarang, Baza), Andalusia yang kini dikenal sebagai Spanyol.
Menurut JJ O’Connor dan EF Robertson, Andalusia berasal dari bahasa Arab, al-Andalus. Nama itu digunakan umat Islam untuk menyebut seluruh wilayah Spanyol dan Portugal yang pernah dikuasai umat Muslim dari abad ke-8 M hingga abad ke-11. Wilayah tempat berdirinya Kekhalifahan Umayyah Spanyol itu, kemudian direbut kembali orang Kristen.

Andalusia, kata O’Connor, hanya digunakan untuk menyebut kawasan yang tersisa di bawah kekuasaan Islam. Penaklukan Kristen terhadap wilayah Andalusia membutuhkan empat abad. Andalusia merupakan wilayah yang makmur pada abad ke-13 M. Di wilayah itu, terdapat Alhambra, istana yang indah dan benteng dari penguasa Granada. Al-Qalasadi adalah seorang intelektual Muslim yang dibesarkan di Bastah. Masa kanak-kanaknya dilalui dengan sangat sulit. Pada masa itu, Kerajaan Kristen sering menyerang kota Bastah. Meski hidup dalam situasi keamanan yang tak stabil, ia tak pernah melalaikan tugasnya untuk belajar dan menimba ilmu.

Ilmu hukum dan Alquran merupakan pelajaran pertama yang diperolehnya di tanah kelahiran. Setelah menginjak remaja, al-Qalasadi hijrah ke selatan, menjauhi zona perang menuju Granada. Di kota itu, ia melanjutkan studinya mempelajari ilmu filsafat, ilmu pengetahuan dan hukum Islam. Al-Qalasadi sering melakukan perjalanan ke negara-negara Islam. Secara khusus, dia menghabiskan banyak waktunya di Afrika Utara. Dia hidup di negara-negara Islam yang memberikan dukungan kuat terhadap Andalusia baik secara politik maupun dengan bantuan militer dalam melakukan perlawanan terhadap serangan Kristen.

Dia menghabiskan waktu di Tlemcen (sekarang di barat laut Aljazair, dekat perbatasan Maroko). Di tempat itu, ia belajar di bawah bimbingan guru-gurunya untuk mempelajari aritmatika dan aplikasinya. Setelah itu, dia hijrah ke Mesir untuk berguru pada beberapa ulama terkemuka. Al-Qalasadi juga sempat menunaikan ibadah haji ke Makkah dan kembali ke lagi Granada. Ketika kembali ke Granada, keadaan wilayah tersebut semakin memburuk. Bagian yang tersisa dari wilayah Muslim terus diserang orang-orang Kristen Aragon dan Castile. Suasana itu tak menyurutkan tekadnya untuk tetap mengajarkan ilmu yang dikuasainya.

Dalam situasi genting pun, al-Qalasadi tetap mengajar dan menulis sderet karya yang sangat penting. Serangan tentara Kristen yang terus-menerus membuat kehidupannya di Granada, semakin sulit. Wilayah kekuasaan Muslim di Granada habis pada 1492, ketika Granada jatuh ke tangan orang Kristen. Selama hidupnya, al-Qalasadi menulis beberapa buku mengenai aritmatika dan sebuah buku mengenai aljabar. Beberapa di antaranya berisi komentar-komentar terhadap karya Ibnu al-Banna yang bertajuk Talkhis Amal al-Hisab (Ringkasan dari Operasi Aritmatika). Ibnu al-merupakan matematikus Muslim yang hidup satu abad lebih awal dari al-Qalasadi.

Risalah utama al-Qalasadi adalah al-Tabsira fi’lm al-Hisab (Klarifikasi Ilmu Berhitung). Sayangnya, buku itu sulit dipelajari orang kebanyakan. Untuk mempelajarinya dibutukan ketajaman pikiran. Buku itu sangat dipengaruhi pemikiran Ibnu al-Banna. Meskipun al-Qalasadi sudah berusaha menyederhanakan tingkat kerumitan karya al-Banna. Buku aritmatika karya al-Qalasadi yang lebih sederhana, terbukti begitu populer dalam pengajaran aritmatika di Afrika Utara. Karya-karyanya itu digunakan selama lebih dari 100 tahun. Jejak intelektual al-Qalasadi rupanya cukup dikenal dan diketahui para sejarawan.

Salah seorang penulis yang bernama J Samso Moya, mengatakan, para penulis menganalisis karya para ahli matematika dari Maghrib (Afrika Utara) seolah-olah mereka sepenuhnya tidak terpengaruh dari pendahulu mereka di Timur Islam. Hal itu, kata Moya, mendorong mereka untuk menekankan pentingnya mengunakan simbol aljabar yang digunakan Al-Qalasadi (1412-1486), tanpa memperhatikan usaha-usaha serupa sebelumnya baik di Timur maufut di Barat Islam. Para penulis di abad ke-19 percaya bahwa simbol-simbol aljabar pertama kali dikembangkan dalam Islam oleh ahli matematika Spanyol-Arab Ibn al-Banna dan Al-Qalasadi.

Kalangkaan simbol-simbol matematika di Italia, mungkin disebabkan ketidaktahuanilmuwan Italia seperti, Leonardo Fibonacci akan adanya karya-karya hebat para ahli matematika dari Andalusia. Boleh jadi simbol-simbol Aljabar tersebut bukan penemuan al-Qalasadi, tetapi dia memiliki kontribusi yang besar dalam mengenalkan simbol-simbol Aljabar tersebut kepada dunia. Simbol-simbol Aljabar tersebut telah digunakan di kekaisaran Muslim Timur, bahkan mungkin lebih awal dari itu.

ilmuan dunia

Allesandro Volta Atau Ilmuan Irak

voltaMemang membingungkan kasus yang satu ini, di satu pihak Allesandro Volta mengklaim dirinya sebagai ilmuan penemu batrai namun di lain pihak di Bagdad ditemukan sebuah artifak yang diduga merupakan satu set baterai kimia yang usianya telah mencapai 2000 tahun lebih!!. Bingung kan ? Mari kita baca sama -sama artikelnya yang saya ambil dari dua blog berbeda. Allesandro Volta, Ilmuwan Penemu Baterai

baterai-150x150-1Alessandro Giuseppe Antonio Anastasio Volta (18 Februari 1745 – 5 Maret 1827) adalah seorang fisikawan Italia. Ia terutama dikenal karena mengembangkan baterai pada tahun 1800. Ia melanjutkan pekerjaan Luigi Galvani dan membuktikan bahwa teori Galvani yaitu efek kejutan kaki kodok adalah salah. Secara fakta, efek ini muncul akibat 2 logam tak sejenis dari pisau bedah Galvani. Berdasarkan pendapat ini, Volta berhasil menciptakan Baterai Volta (Voltac Pile). Atas jasanya, satuan beda potensial listrik dinamakan Volt.

Euclides : Ahli Matematika Yunani

euclidesEuclides atau (±300 sM ) adalah ahli matematika Yunani, guru, penyusun buku pelajaran yang terbesar sepanjang abad. Euclides dikenal juga sebagai Euclid atau Euclid of Alexandria. Bukunya yang berjudul “Stoicheia” (unsur) tentang geometri (ilmu ukur) jadi buku pelajaran yang di pakai di sekolah menengah di seluruh dunia selama 20 abad lebih. Buku itu terdiri dari 13 jilid. Jilid 1 tentang konstruksi sederhana ilmu ukur sampai Dalil Pythagoras. Jilid II tentang aljabar yang di konstruksikan secara ilmu ukur. Jilid III dan IV tentang lingkaran. Jilid V-VI tentang perbandingan sampi deret ukur. Jilid VIII dan IX tentang teori bilangan. Jilid X tentang perbandingan lagi. Jilid XI - XIII tentang ilmu ukur ruang.

Ia juga mengarang buku-buku lain yang berjudul Data, Phaenomena, Optika, Unsur Musik, Pembagian Bentuk, Porisme (3 jilid), Pseudoria, Katoptrika, IrisanPatung Euclides di Oxford University Kerucut (4 jilid). Tapi buku-buku tersebut sudah musnah.Kita tahu dari laporan orang lain, misalnya laporan Proclus, ahli filsafat Yuanai, yang menulis tentang Euclides kira-kira 700 tahun sesudah Euclides meninggal. Kapan dan dimana Euclides lahir, tak ada orang yang tahu. Kapan dan dimana Euclides meningal, juga tak ada orang yang tahu. Meskipun demikian, di bidang geometri Euclides adalah orang yang paling berpengaruh di dunia. Maka tak mengherankan kalau ia sering mendapat julukan geometri.

Yang jelas ia hidup pada zaman Ptolemaeus l (305-285 sM.), raja Mesir bekas jenderal kesayangan Alexander Agung. Ptolemaeus l membuat kota Alexandria jadi ibu kota. Jadi pusat perdagangan dan pusat ilmu pengetahuan. Ptolemaeus l juga membuat perpustakaan yang terbesar di dunia pada zaman itu. Perpustakaan itu menyimpan 700.000 gulung naskah kuno. One of the oldest surviving fragments of Euclid’s Elements, found at Oxyrhynchus and dated to circa AD 100. The diagram accompanies Book II, Proposition 5Euclides adalah orang pertama di dunia yang mendirikan sekolah matematika di Alexandria.

Menurut Proclus pada suatu hari Ptolemaeus l ingin sekali belajar geometri dan Euclides. Ia mengundang Euclides ke istananya dan mulai mendengarkan pelajaran geometri Euclids Elementsdari Euclides. Tapi kemudian Ptolemaeus merasa bahwa geometri terlalu sulit dan terlalu lama untuk dimengerti. Maka ia minta agar pelajaran dipercepat. Euclides menjawab, “Bagi raja pun tak ada jalan pintas ke geometri!”

Jamshid Al-Kashi, Ilmuwan Besar dari Dinasti Timurid

jamshid-al-kashiAl-Kashi merupakan ilmuawan yang sangat hebat, dan salah seorang yang paling terkenal di dunia.

Jamshid al-Kashi merupakan salah seorang matematikus masyhur di dunia Islam. Ia adalah seorang saintis yang mengembangkan matematika dan astronomi pada zaman kejayaan Dinasti Timurid, di Samarkand abad ke-14 M. Ia berjasa mengembangkan ilmu matematika dan astronomi dengan sederet penemuannya. Al-Kashi terlahir pada 1380 di Kashan, sebuah padang pasir di sebelah utara wilayah Iran Tengah. Ia hidup pada era kekuasaan Timur Lenk, pendiri Dinasti Timurid, yang memenangkan sederet pertempuran. Timur Lenk memproklamirkan dirinya sebagai penguasa dan tokoh restorasi Kekaisaran Mongol di Samarkand pada 1370.

Pada 1383, Timur Lenk mulai menaklukan Persia dengan merebut wilayah Herat. Setelah Timur Lenk wafat pada 1405, kerajaan yang didirikannya terbagi menjadi dua dan dipimpin dua anak lelakinya. Salah satu putranya bernama Shah Rukh. Ketika Timur Lenk berkuasa, ia hanya fokus pada bidang militer dan penaklukan wilayah. Akibatnya, masyarakatnya hidup dalam penderitaan dan kemiskinan. Pada amasa itu, al-Kashi juga merasakan betapa hidupnya begitu sussah karena kemiskinan yang melilitnya.

Hidup dalam kemiskinan, tak membuat al-Kashi putus asa. Semangatnya untuk belajar tak pernah surut. Sejak kecil, matematika dan astronomi telah membetot perhatiannya. Ia sangat mencintai kedua ilmu itu. Seperti para ilmuwan hebat lainnya, ia biasa melakukan perjalanan dari kota ke kota untuk menimba ilmu pengetahuan. Setelah Shah Rukh menduduki tampuk kekuasaan, kondisi di tanah kelahirannya mulai membaik. Shah Rukh mulai memperbaiki kehidupan rakyatnya. Dia berusaha meningkatkan ekonomi, kesejahteraan rakyatnya. Bahkan dia juga sangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan kesenian.

Maka rakyat yang dulu berada dalam penderitaan akibat banyaknya peperangan, kini bisa bernafas dengan lega. Sehingga mereka memikirkan hal-hal yang lebih baik guna memperbaiki kehidupan seperti pendidikan dan seni. Angin segar yang dibawa Sah Rukh itu membuat ilmu pengetahuan begitu berkembang pesat. Semuanya b erkat dukungan Shah Rukh. Al-Kashi pun memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Dengan giat, ia mengembangkan ilmu astronomi dan matematika yang diakuasainya.

Al-Kashi pun berhasil melakukan observasi terhadap gerhana bulan di Kashan yang tepat terjadi pada 2 Juni 1406. Dukungan kuat terhadap berbagai macam penelitian yang dilakukan al-Kashi juga diberikan oleh Ilugh Beg, penguasa kota Samarkand bagian dari Kerajaan Timur Lenk. Ulugh Beg merupakan putra Shah Rukh. Ia adalah seorang ilmuwan besar pada masanya. Berbagai macam penelitian dan karya-karya besar al-Kashi banyak yang dipersembahkan kepada Ulugh Beg diantaranya adalah buku tabel astronomi Khaqani Zij yang dibuatnya berdasarkan tabel karya Nasir al-Tusi.

Tanpa bantuan Ulugh Beg, al Kashi tidak mungkin bisa mnyelesaikan berbagai macam karyanya secara menyeluruh. Karya-karya besar Jamshid Al Kashi dalam bidang astronomi dan matematika cukup banyak. Namun untuk menyelesaikan karya-karya besarnya itu, dia mendapatkan banyak bantuan dari Ulugh Beg. Ulugh Beg membangun sebuah universitas untuk mempelajari ilmu teologi dan ilmu pengetahuan di Samarkand pada 1420. Ia bekerja sama dengan al-Kashi dalam mengerjakan ber bagai proyek penelitian. Selain mengajak al-Kashi, dalam proyeknya, Ulugh Beg juga mengundang seorang ilmuwan hebat Qadi Gaza dalam proyek tersebut.

Sejumlah catatan sejarah ada yang menyebutkan bahwaaAl-Kashi merupakan seorang ahli astronomi dan matematika yang sangat terkemuka di Samarkand. Bahkan dia juga sering disebut sebagai Ptolemy Kedua oleh para ahli sejarah yang hidup pada zaman itu. Kecermelangan karirnya dalam ilmu pengetahuan dibuktikan dengan sebuh surat yang ditulisnya dari Samarkand kepada ayahnya yang tinggal di Kashan. Dalam surat tersebut, dia menceritakan bagaimana perkembangan kehidupannya yang penuh ilmu pengetahuan. Selain itu, dia juga menceritakan Ulugh Beg yang mulai membangun konstruksi tempat penelitian di Samarkand.

Dalam suratnya, al-Kashi juga menceritakan kehebatan Ulugh Beg dalam bidang matematika. Dia juga tidak lupa menggambarkan kehebatan Qadi Zada yang diseganinya. Ulugh Beg sering mengadakan berbagai rapat dan diskusi untuk membahas masalah astronomi dan matematika. Namun di antara para ilmuwan yang diundangnya untuk menghadiri diskusi tersebut, hanya al-Kashi dan Qadi Zada saja yang bisa mengikuti dengan baik. Sejumlah ilmuwan lain merasa diskusi matematika dan astronomi tersebut sangat sulit untuk dimengerti.